Warning: session_start(): open(/home/beritaupdateid/public_html/src/var/sessions/sess_02718857359c5dee35b31961cf57e794, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/beritaupdateid/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/beritaupdateid/public_html/src/var/sessions) in /home/beritaupdateid/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Distan Yakini Produksi Gabah Buleleng Surplus - Slot Berita Interaktif Terbaru

Distan Yakini Produksi Gabah Buleleng Surplus

2 months ago 9
ARTICLE AD BOX
Data Dinas Pertanian Buleleng, luasan lahan sawah di Buleleng mencapai 7.400 hektare. Seluas 6.300 hektare diantaranya sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Penetapan LP2B ini sebagai garis pertahanan produksi padi di Buleleng.
 
Sedangkan dari Januari-Oktober ini luasan tanam padi seluas 14.370 hektare dan luas panen mencapai 13.460 hektare. Dari luasan lahan itu memproduksi 85.177 ton Gabah Kering Giling (GKG) dan menjadi beras 53.329 ton.
 
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Gede Melandrat, Minggu (13/10) kemarin mengatakan, rata-rata masa tanam padi di Buleleng masih di kisaran 2-2,5 kali dalam setahun. Masa tanam belum dapat dimaksimalkan menjadi 3 kali dalam setahun, karena terkendala letak geografis Buleleng.
 
“Hanya sawah-sawah di bagian hulu wilayah perbukitan yang bisa sampai tiga kali tanam. Sebab dekat sumber air yang alirannya tidak pernah surut, meski di musim kemarau. Tapi luasannya juga tidak banyak,” ucap Melandrat.
 
Namun kondisi itu tidak berlaku di lahan sawah bagian hilir di dataran rendah. Musim kemarau yang membuat debit air menurun, sering kali tidak mampu menyuplai air irigasi petani. Akibatnya sebagian petani tidak berani mengambil resiko dan potensi gagal panen yang besar. Mereka pun pada musim kemarau akan memilih menanam tanaman selain padi. Seperti jagung atau kacang-kacangan, yang tidak memerlukan air banyak.
 
Menurutnya dengan kondisi ini, sawah di Buleleng masih mampu memberikan kontribusi swasembada gabah. Hanya saja saat ini kendala yang masih dihadapi masih terbatasnya kapasitas tempat penggilingan padi di Buleleng. Kondisi ini membuat produksi gabah pasca panen dari Buleleng banyak yang dibeli pengepul dari Jembrana dan Banyuwangi untuk diproses menjadi beras.
 
“Di Penarukan itu ada tempat penyosohan beras berkapasitas besar, tapi lapangan jemur untuk pengeringannya terbatas. Kalau yang lain rata-rata masih sangat terbatas kapasitasnya. Persoalan ini yang perlu kita pikirkan kedepan untuk dicarikan solusi,” papar pejabat asal Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini.7 k23
Read Entire Article