ARTICLE AD BOX
Ketua FASI Klungkung, Made Arya Satya Negara mengatakan, program latihan disesuaikan regulasi kompetisi, termasuk aspek teknis, seperti ukuran pesawat, voltase baterai, jenis, dan jumlah cell yang digunakan. “Kami rutin latihan dua kali seminggu. Fokusnya tes kecepatan, presisi, serta penguasaan lintasan dalam waktu seefisien mungkin. Dalam 10 putaran kami targetkan diselesaikan secepatnya,” ujar Made Arya, Minggu (6/4).
Setiap pesawat memiliki karakter berbeda tergantung spesifikasi teknisnya. Karena itu, atlet dituntut cermat melakukan setting atau penyetelan pesawat sebelum pertandingan. Selain itu, tim Klungkung juga menargetkan medali emas dari nomor drone racing dan pylon race yang melewati lintasan menantang .
Namun demikian, kata Made Arya, regenerasi atlet muda masih menjadi tantangan. FASI Klungkung berharap ada dukungan penuh dari KONI Klungkung agar pembinaan atlet usia muda dapat dimaksimalkan.
“Saat ini kami masih kekurangan atlet muda. Kami berharap ada anggaran dan perhatian dari KONI, agar ke depan makin banyak bibit atlet yang muncul,” ujar Arya.
Jenis aeromodeling elektrik yang dilombakan ini memang cukup teknis. Bahkan pesawatnya banyak yang custom, seperti jenis chuck glider atau ‘jeroan’, yang harus disesuaikan dengan regulasi. Semua dipersiapkan oleh atlet masing-masing.
Sayangnya, kompetisi resmi berskala besar seperti liga nasional masih jarang digelar. Namun, drone race menjadi alternatif yang rutin dilakukan dan menjadi ajang pemanasan bagi para atlet.
Salah satu atlet senior, I Nengah Marina, mengaku bergelut di dunia aeromodeling sudah 15 tahun, dengan lima tahun terakhir aktif sebagai atlet kompetitif. Menurutnya, olahraga ini butuh kecermatan tinggi dan konsistensi dalam latihan.
“Untuk bisa bersaing, kita harus pintar menyetel pesawat sesuai regulasi. Karena setiap pesawat beda karakternya,” ujar Marina. wan