Lomba Ogoh-Ogoh Mini, Tapel, dan Sketsa Ramaikan Celuk Sukawati

13 hours ago 3
ARTICLE AD BOX
Mengusung tema “Manah Kwasa Dharma Ngrasa,” kegiatan ini berlangsung meriah di Banjar Galuh Mantri, Jalan Raya Celuk, Sukawati, mulai pukul 19.00 WITA hingga selesai. Kegiatan dibuka langsung oleh Ketua DPRD Gianyar, I Ketut Sudarsana, dengan pemukulan gong sebagai simbol dimulainya lomba.

Ketua panitia, I Kadek Wahyu Pradnyajaya (Digli), menjelaskan filosofi tema yang diangkat.
“Manah berarti pikiran, Kwasa berarti kuasa, Dharma bermakna kebaikan, dan Ngrasa berarti rasa. Jadi, tema ini mengajak generasi muda untuk menguasai pikirannya demi menciptakan karya yang dilandasi kebaikan dan rasa,” ujar Digli.

Ia menambahkan, di tengah era media sosial dan budaya luar yang begitu masif, kreativitas anak-anak muda Bali tidak luntur. Justru terjadi akulturasi budaya, di mana teknologi turut dimanfaatkan untuk memperkuat estetika Ogoh-ogoh, namun tetap berakar pada pakem tradisional seperti unsur Bhuta Kala.

Meski merupakan program kerja dadakan, lomba ini berhasil menjaring lebih dari 100 peserta, terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa. Kategori yang dilombakan meliputi Ogoh-ogoh mini mesin, Ogoh-ogoh mini non-mesin, Sketsa Ogoh-ogoh, dan Tapel (topeng) Ogoh-ogoh.

Seluruh kategori memiliki pemenang masing-masing. Para juara mendapatkan piala, piagam, dan uang pembinaan, sementara juara harapan memperoleh piagam, piala, serta suvenir perak sebagai ciri khas Celuk yang dikenal sebagai desa pengrajin perak.


Tiga tokoh seni turut diundang sebagai juri untuk menilai kreativitas peserta, antara lain I Wayan Gede Miasa  alias CenkCenk Bero (seniman Ogoh-ogoh), Dwiaga Yogiswara, S.Ds (alumnus ISI Bali asal Denpasar), dan I Made Sumantra, S.Sn., M.Sn. (dosen ISI Bali jurusan Kriya).

Acara dimeriahkan dengan berbagai hiburan, seperti Joged Bumbung menampilkan Decix & Yunita, sesi Fun & Mic, serta MC Jejak Pendapat yang interaktif.

“Meski lokasi terbatas, antusiasme luar biasa. Kami bangga bisa menyelenggarakan kegiatan ini untuk menambah semarak suasana pasca-Nyepi,” tambah Digli.

Digli berharap, lomba ini bisa menjadi ajang rutin tahunan yang mendorong kreativitas generasi muda Bali dalam berkarya. Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ini murni untuk edukasi dan ekspresi seni, bukan untuk taruhan.

“Kami ingin ruang ini menjadi tempat anak muda bebas berekspresi dan tidak dikotori oleh budaya kompetisi yang tidak sehat. Tahun depan, semoga bisa kami kemas lebih matang dari segi waktu, tempat, dan fasilitas,” ujarnya. *m03

Read Entire Article