PHRI Badung Imbau Hotel Tak Turunkan Harga

1 day ago 3
ARTICLE AD BOX
Ketua PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, mengungkapkan bahwa meskipun jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali masih tergolong normal, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai pelaku industri pariwisata, khususnya sektor perhotelan. Menurutnya saat ini terdapat rata-rata 43 penerbangan internasional langsung yang tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai setiap hari, termasuk satu penerbangan baru dari Arab Saudi. Jumlah wisatawan asing yang datang melalui jalur udara tersebut berkisar antara 16.000 hingga 17.000 orang per hari.

“Kalau kita lihat international tourist, yang datang masih kategori normal dengan adanya 42 penerbangan langsung dan ditambah satu dari Arab, jadi total 43 penerbangan per hari. Rata-rata kedatangannya 16.000-17.000 orang,” ujarnya Senin (14/4).

Namun, Suryawijaya menyoroti bahwa mayoritas wisatawan mancanegara yang datang saat ini berasal dari kalangan kelas menengah (middle class). Mereka cenderung tidak menginap di hotel berbintang empat atau lima, melainkan lebih memilih akomodasi dengan harga terjangkau seperti vila, guest house, apartemen, dan homestay. “Wisatawan ini kebanyakan stay di vila yang harganya terjangkau, di guest house, apartemen, atau homestay, itu yang terjadi,” katanya.

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua PHRI Bali ini menyatakan tidak mempermasalahkan pilihan akomodasi tersebut, karena sebagian besar pengelola vila dan guest house merupakan masyarakat lokal, sehingga tetap memberi dampak ekonomi kepada warga sekitar. Dia justru mengimbau agar semua pihak, termasuk anggota PHRI dan asosiasi vila, meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyalahgunaan izin tinggal oleh orang asing.

“Saya imbau kepada seluruh anggota PHRI dan Villa Association agar berhati-hati dan mewaspadai, karena khawatir yang datang bukan tourist, tapi justru bekerja di Bali. Ini yang patut diwaspadai. Kita harus bekerja sama dengan stakeholder, termasuk imigrasi, kepolisian, Satpol PP, dan asosiasi, untuk memantau situasi ini,” kata Suryawijaya.

Suryawijaya menekankan bahwa masuknya tenaga kerja asing ilegal dapat menimbulkan dampak serius bagi masyarakat lokal, terutama dalam hal perebutan lapangan pekerjaan. Selain itu, dia juga mengkhawatirkan dampaknya terhadap keamanan daerah. “Kalau yang datang banyak mengambil pekerjaan warga lokal, ini akan berat. Tingkat kriminalitas juga berpotensi meningkat. Ini yang kami khawatirkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Suryawijaya menyoroti indikasi persaingan harga yang mulai terjadi di kalangan pelaku usaha hotel, menyusul menurunnya tingkat hunian. Dia menyayangkan langkah sejumlah hotel yang menurunkan tarif demi menarik tamu. Padahal, lanjutnya, seharusnya akomodasi pariwisata bertahan, jangan ingin mengisi hotel dengan cara menurunkan harga. Sebab dia tahu jika UMK naik, maka biaya operasional juga naik.

Menurut dia, strategi menurunkan harga justru menciptakan persaingan tidak sehat atau price war yang merugikan semua pihak. Pertama, pengusaha akan mengalami penurunan omzet dan keuntungan. Kedua, kualitas pelayanan bisa ikut turun sehingga berdampak pada karyawan. Ketiga, pemerintah juga dirugikan karena berkurangnya potensi pajak.

“Saya pantau sendiri, di Badung selama tiga bulan pertama tahun 2025 ini, pajaknya tidak tercapai. Itu saja sudah menjadi contoh bahwa Badung sebagai barometer pariwisata Bali sedang menghadapi tantangan,” paparnya.

Sebagai solusi, Suryawijaya mendorong pelaku usaha untuk fokus pada peningkatan kualitas produk dan pelayanan. Dia mengusulkan agar pelaku industri menggencarkan strategi pemasaran, menciptakan paket-paket menarik, serta memperkuat promosi baik secara daring maupun luring. 7 ol3
Read Entire Article