Ritual Mapepada Wewalungan Rangkaian Karya Ida Bhatara Turun Kabeh Pura Agung Besakih

1 week ago 5
ARTICLE AD BOX
AMLAPURA, NusaBali
Keris Pusaka Ida Bhatara Ratu Pande kembali katedunang (turun) sebagai sarana yang digunakan nuwek seluruh wewalungan (hewan kurban) untuk pelengkap upakara Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih. 

Pamangku di Pura Catur Lawa Ida Bhatara Ratu Pande, Jro Gede Pande Sudarta yang bertugas menghunus keris pusaka menusukkan keris pusaka itu ke seluruh wewalungan secara niskala di Pura Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Sukra Pon Julungwangi, Jumat (11/4).

Setelah Jro Gede Sudarta nuwek seluruh wewalungan, selanjutnya, wewalungan disembelih secara fisik digunakan untuk pelengkap upacara.

Prosesi mapepada wewalungan kemarin dipuput Ida Pedanda Gede Rai Tianyar dari Geria Menara, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem. Prosesi Mapepada diawali menghadirkan seluruh wewalungan kemudian dipasang kain dan karawista, lalu dilukat agar bersih secara bathin.  

Berlanjut Ida Pedanda Gede Rai Tianyar mapuja, matur piuning terkait  menggelar upacara mapepada wewalungan. Saat mapuja itulah, Ida Pedanda Gede Rai Tianyar melepas seluruh prani (sukma) kurban kepada Ida Bhatara Samudaya agar kembali kepada Sang Maha Pencipta dengan harapan kelak berinkarnasi derajatnya meningkat jadi manusia. Artinya seluruh roh wewalungan dikembalikan ke Sang Maha Kuasa. 

Hewan kurban yang digunakan sebagai pelengkap upacara Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, di antaranya 5 ekor kebo (kerbau), yakni kebo anggrek wulan, buda cemeng dan yos merana, seekor godel, seekor kambing yang mewakili kurban berkaki empat, sedangkan ayam, angsa, bebek mewakili kurban berkaki dua yang dilahirkan dua kali pertama lahir dari telur, sedangkan seekor penyu yang merupakan unsur isi laut, juga ada isi gunung, isi sungai, isi daratan dan sebagainya.

Selanjutnya mapepada mengelilingi Mandala Pura Penataran Agung Besakih di Mandala II Pura Penataran Agung Besakih sebanyak tiga kali.

mengelilingi palinggih Padma Tiga, Bale Pawedaan, Bale Panggungan, Bale Peselang, Bale Pesamuan Agung, Bale Pepelik, meru tumpang solas (sebelas) linggih Ida Bhatara Manik Maketel, meru tumpang sia (sembilan) linggih Ida Bhatara Bagus Kubakal, dan bale ongkara.

Di akhir upacara seluruh wewalungan dikumpulkan dan saat itu  Jro Gede Pande Sudarta, Pamangku di Pura Ratu Pande menghunus keris pusaka Ida Bhatara Ratu Pande lalu menusukkan (nuwek) ke seluruh hewan kurban secara simbolis pertanda nyupat seluruh kurban.

“Nuwek atau nyupat selalu menggunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Pande, nuwek atau nyupat itu artinya membunuh secara niskala,” katanya. Sebenarnya wewalungan itu dibunuh dua kali, secara niskala menggunakan keris pusaka, dan dibunuh secara fisik dengan cara disembelih, kemudian dagingnya diolah digunakan untuk pelengkap upacara.

Prawartaka Karya Jro Mangku Widiartha mengatakan dari 5 kurban kerbau itu tiga untuk lantaran di depan palinggih Padma Tiga: kerbau anggrek wulan, kerbau buda cemeng dan yos mrana. Sedangkan dua kurban kerbau suci untuk lantaran di depan Bale Sangar Tawang.

“Jadi hanya 5 ekor kurban kerbau dibutuhkan,” kata Mangku Widiartha. 7 k16
Read Entire Article